Rabu, 07 September 2011

Kiper


pelajaran penting bagi persepakbolaan indonesia

merupakan salah satu titik lemah bila tim nasional PSSI Senior berhadapan lawan negara-negara dari kawasan Teluk Persia. Khususnya, ketika menghadapi situasi tendangan bebas tidak langsung di mana bola hanya diarahkan melayang ke dalam kotak penalti, tepat di mulut gawang.

Paling tidak, empat gol jadi contohnya. Gol kedua Arab Saudi di Piala Asia 2007, Sabtu (14/7/2007). Gol pertama Oman di kualifikasi Piala Asia 2011, Rabu (6/1/2010). Terakhir, dua gol Iran di penyisihan Grup E Zona Asia Pra-Piala Dunia 2014, Jumat (2/9/2011). Keempat gol tersebut dicetak dengan cara yang sama. Unsur similaritas terjadi di sana.

Saya menyebutnya “tendangan bebas tanggung”. Bola melayang tanggung ditendang lambung ke dalam kerumunan pemain di mulut gawang. Di sana hanya keunggulan fisik yang berlaku. Tujuan tendangan itu demi mencari kepala yang berhasil menyundul bola.
Para pemain asal jazirah Arab memiliki tubuh yang jangkung, maka otomatis lompatannya pun jadi tinggi. Akibatnya, duel sundulan kepala selalu menyulitkan timnas Indonesia. Satu gol contoh yang bersarang ke gawang Jendry Pitoy (2007) dan tiga gol sisanya masuk ke dalam jala yang dijaga Markus Haris Maulana (2010-2011) sekaligus menunjukkan bahwa semua negara di Asia Barat sudah punya resep ampuh menundukkan Garuda Merah-Putih. Mereka habis membaca sampai khatam kelemahan antisipatif timnas kita.

Sebenarnya ada variasi teori buat menghindari ancaman gol yang terjadi dengan skema “tendangan bebas tanggung”. Pertama, bariskanlah tiga sampai empat pemain membentuk pagar hidup di depan penendang bebas. Pagar hidup itu bukan hanya berbaris saja, melainkan dibikin demi menghalangi pandangan dari penendang supaya dia tidak leluasa melihat mana ruang kosong dan siapa saja temannya yang kurang terjaga dengan ketat di mulut gawang.

Kedua, saat bola melayang naik, tariklah dua bek untuk mundur secepatnya turun sampai ke batas garis gawang. Sebaiknya dua bek yang berlari cepat mengisi ruang di bawah mistar gawang itu berposisi di dekat tiang gawang. Tiga orang, dua bek ditambah satu kiper, yang berjaga tepat di bawah mistar gawang berlaku seperti posisi pertahanan saat mengantisipasi sepak pojok.

Ketiga, kiper harus membaca dengan cermat di mana lokasi jatuhnya umpan yang dilayangkan, lalu maju menyergap dengan cara meloncat sebab tangannya pasti menjangkau lebih panjang ketimbang tingginya lompatan dari kepala para pemain.

Keempat, setiap lawan harus dikawal seketat mungkin di mulut gawang. Bila perlu saling menyenggol dulu, walau akan diperingatkan wasit yang jeli, upaya ini dapat mengurangi fokus konsentrasi lawan.

Sengaja pembicaraan ini, khususnya, membahas situasi permainan di mana peran kiper jadi dominan. Penjaga gawang ialah pengendali komunikasi di lini pertahanan ketika tim diserang. Tanpa komunikasi, kekeliruan posisi dan kesalahan cara mengantisipasi serangan akan terjadi.

Di skuad PSSI Senior untuk Pra-Piala Dunia 2014, ada dua nama terdepan, Markus dan Ferry Rotinsulu. Yang pertama mungkin sudah saatnya dibangkucadangkan kala Indonesia berlaga lawan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (6/9/2011). Markus, terlepas dari kepiawaiannya, menangkap kurang lengket. Juga jarang berani maju menyongsong kerumunan.

Tampilan laga perdana di Teheran, Indonesia kalah telak 0-3, tiga hari lalu. Hasil akhir yang memang normal bila melihat sejauh mana kelas Iran. Selama 52 menit pertama di Azadi Stadium, Muhammad Ilham cs melawan dengan gagah perwira, kita meladeni irama permainan Ali Karimi dkk tanpa mau kalah. Meski selisih postur terlalu kentara, antara pemain pendek versus pemain tinggi, tapi bukan alasan klasik itu yang menyebabkan Indonesia gagal mencuri poin di Azadi.

Baiklah, kini mari simak cerita lama dari PSSI Pra-Piala Dunia 1985. Saat itu kita bertemu Korea Selatan. Striker mereka yang jangkung, Choi-Soon Ho, tingginya 185 cm. Choi dijuluki Raja Udara karena menyundul bola jadi keahlian andalannya mencetak gol.

Yang disiapkan oleh tim pelatih PSSI PPD 85 menjaga striker Korsel itu, bek Marzuki Nyakmad. Kepada pers, seorang staf timnas sempat membocorkan rahasia: Marzuki dilatih khusus hanya untuk menghadapi duel loncat melawan si penyerang lawan. Dalam laga Korsel vs Indonesia di Seoul, Minggu (21/7/1985), Choi tidak pernah mencetak gol.

Seperti Marzuki, semua pemain Indonesia tentu ingin berhasil menjalankan tugasnya. Apalagi bila menghadapi lawan yang cuma punya satu kiat handal bermain sepakbola, yakni bagaimana hebat menyundul saja. Maka, besok, saatnya memetik poin dari Bahrain. Tak usah ada kata lain, selain menang.

Tidak ada komentar: