Kamis, 22 September 2011

Kerispatih

Kerispatih kini bangkit dari masa-masa yang sulit
Setelah sempat mengalami masa sulit akibat kasus narkoba yang dialami vokalis terdahulu, grup band Kerispatih mengawali kebangkitannya dengan mencetak prestasi yang cukup memuaskan. Salah satu lagu mereka berhasil mendapat predikat top download di Hongkong.

Lagu berjudul 'Tertatih' yang berada di album 'Kerispatih and Friends' (2010) mencetak 2,6 juta download. Prestasi tersebut membuat mereka diganjar penghargaan oleh perusahaan telekomunikasi SmarTone-Vodafone Hongkong.

Selain itu, lagu tersebut juga mendapat dua nominasi di ajang Anugerah Musik Indonesia. Kebahagiaan band yang beranggotakan Badai (Keyboard), Andika (Bass), Arif (Gitar), Fandy (Vokal) dan Anton (drum) itu semakin bertambah ketika mereka mendapat kesempatan manggung di tempat bergengsi di Hongkong pada pertengahan 2011 lalu.

"Main di Hongkong Exhibition and Convention Center di mana itu auditorium terbesar di Hongkong, dan tidak semua artis Asia bisa tampil di situ," ujar Badai sang keyboardis dengan raut muka sumringah.

Prestasi tersebut seakan menjadi jawaban bagi beberapa pihak yang sempat meragukan Kerispatih pasca melakukan pergantian vokalis. Badai cs pun semakin optimis bisa kembali berbicara di kancah musik Indonesia.

Berbicara soal kebangkitan, Kerispatih juga menuangkannya lewat lagu 'Perjuangan Belum Selesai' yang akan ada di album terbaru mereka bertajuk 'Melekat di Jiwa'.

"Itu bercerita tentang, saat Kerispatih sukses banyak orang yang mengelilingi, banyak yang tertawa sama kita. Tapi ketika Kerispatih jatuh, kita ngerasa hanya beberapa fan dan segelintir orang yang percaya kita bisa bangkit," jelas Badai.

Namun kepercayaan dari segelintir orang itulah yang membuat Kerispatih termotivasi untuk kembali bangkit. Kesuksesan awal yang dialami dengan personel baru pun dianggap mereka sebagai perjuangan yang belum selesai.

"Band ini, mau apapun yang terjadi harus tetap jalan. Hidup dan mati kita di sini," tegasnya.

Pembicaraan dengan keyboardis berkacamata itu kemudian beralih membahas kondisi penjualan fisik karya para musisi yang menurun setiap tahunnya. Selain karena perkembangan teknologi digital, Badai menganggap hal tersebut terjadi akibat harga CD atau kaset yang masih dianggap 'terlalu mahal' oleh penikmat musik Indonesia.

"Mungkin banyak orang kaya di Indonesia, tapi untuk yang mau berkorban menghargai musik beli CD original itu sedikit. Kalau beli tiket konser luar yang harganya Rp 3 juta, Rp 5 juta, sampai Rp 40 juta, itu dibeli sama orang Indonesia, tapi kalau Rp 40 ribu susah," paparnya.

Di sisi lain, musisi seakan terbantu dengan era penjualan RBT (Ringback Tone). Agar hasil tersebut berbanding lurus dengan penjualan fisik, Badai berharap agar harga CD atau kaset bisa dijual lebih murah.

Tidak ada komentar: